Ukiran Kayu Dari Jawa Barat

Makna Filosofis di Balik Busana

Lebih dari sekadar keindahan, pakaian adat Jawa Barat memiliki makna filosofis yang mendalam. Setiap potongannya memiliki arti, mulai dari kesederhanaan Pangsi, formalitas Bedahan, hingga keanggunan Kebaya. Hal ini menunjukkan hubungan erat antara busana dengan nilai-nilai budaya Sunda yang menjunjung tinggi kesopanan, kerendahan hati, dan keharmonisan.

Keunikan pakaian adat Jawa Barat menjadi warisan budaya yang patut dijaga kelestariannya. Dengan mengenali dan memaknai simbolisme di balik setiap busana, kita turut merawat kekayaan budaya yang sarat makna ini.

Editor: Asep Supiandi

Belanja di App banyak untungnya:

Windy Wimpy Siap Bagikan Ide Usaha dengan Membuat Kerajinan Clay di Morning Update, iNews

Jepara, pusat kerajinan ukir kayu yang terkenal di daerah Jawa Tengah ini memiliki sejarah panjang karena kemampuan bertukang dan mengukir yang diturunkan dari generasi ke generasi. Kebiasaan ini pun seakan terasah dan berkembang mengikuti perkembangan zaman yang semakin maju.

Seperti apa sejarah pusat kerajinan ukir kayu yang terkenal di daerah Jawa Tengah ini :

Pangsi: Kesederhanaan yang Elegan untuk Rakyat Biasa

Pakaian adat Pangsi menjadi representasi kesederhanaan namun elegan bagi masyarakat Sunda di masa lalu.

Ikuti Kirab Budaya Nitilaku UGM, Ganjar Pranowo Kenakan Pakaian Adat Dayak

Keunikannya terletak pada keragaman motif dan warna yang disesuaikan dengan usia, status sosial, dan acara yang dihadiri.

Tiba di JCC, Ganjar Pranowo Curi Perhatian dengan Pakaian Adat Rote NTT

Terbuat dari kain berwarna gelap seperti hitam atau cokelat, Pangsi khusus dikenakan oleh pria. Atasan dan bawahannya serba tertutup, melambangkan kerendahan hati dan kesederhanaan.

Beskap: Ketegasan dan Kharisma Pria Sunda

Pakaian adat Beskap khusus dikenakan oleh pria dalam berbagai acara resmi, seperti pernikahan atau upacara adat. Biasanya terbuat dari kain hitam atau kain batik bermotif, dengan kancing di bagian depan. Beskap dipadukan dengan celana panjang dan penutup kepala yang disebut Bendo, menghasilkan aura ketegasan dan karisma khas pria Sunda.

Bedahan: Formalitas untuk para Pejabat dan Saudagar

Bagi kalangan menengah ke atas seperti pejabat dan saudagar, Bedahan menjadi pilihan busana adat. Jas putih yang kemudian berkembang menjadi berbagai warna menjadi ciri khasnya. Kain kebat disarungkan di pinggang, menambah kesan rapi dan formal. Untuk melengkapi penampilan, arloji emas disematkan di saku jas, mempertegas aura berkelas.

Mojang Jajaka: Representasi Muda-mudi Sunda

Istilah Mojang Jajaka merujuk pada muda-mudi Sunda yang belum menikah. Pakaian adat mereka juga memiliki keunikan tersendiri. Mojang biasanya mengenakan kebaya dengan warna cerah dan motif ceria, dipadukan dengan kain batik. Jajaka mengenakan Beskap atau jas tertutup, celana panjang, dan Bendo sebagai penutup kepala.

Kebaya Pengantin: Menawan dan Glamor dalam Momen Spesial

Untuk momen istimewa seperti pernikahan, kebaya pengantin tampil menawan dan glamor. Biasanya terbuat dari kain sutra atau beludru, dengan warna-warna cerah seperti merah, hijau, atau kuning.

Dilengkapi dengan berbagai aksesoris seperti mahkota, selendang, dan perhiasan, kebaya pengantin memancarkan aura kebahagiaan dan keanggunan sang mempelai wanita.

MNC Peduli Dukung Pengembangan Kerajinan Tenun Ekraf Ngudi Rahayu Boyolali

Warisan Budaya dari Pelukis PrabangkaraWarisan budaya dan tradisi turun temurun ini juga punya sejarahnya tersendiri yang berasal dari sosok pengukir dan pelukis bernama Prabangkara yang hidup di zaman Raja Brawijaya dari Kerajaan Majapahit. Konon dahulu kala Prabangkara sang ahli lukis dan ukir itu dipanggil oleh Raja Brawijaya untuk melukis isterinya dalam keadaan tanpa busana sebagai wujud cinta sang raja.